Harga Pertamax Bisa Rp 4.500, Pertamina Raup Untung di Tengah Pandemi

0
harga pertamax harga bbm

ROCKOMOTIF, Jakarta – Pertamina saat ini tengah dihujat oleh rakyat Indonesia karena tak kunjung menurunkan harga BBM. Bahkan masyarakat pun menuding Pertamina ini berusaha meraup untung di tengah kondisi pandemi sekarang.

Pasalnya harga minyak mentah dunia yang saat ini sedang anjlok hingga berada di bawah US$ 20 per barel (1 barel = 159 liter). Tentunya hal ini membuat Pertamina seharusnya sudah menyesuaikan harga BBM non subsidi di Indonesia.

Namun hingga hari ini (6/5/2020) harga BBM pun tak kunjung mengalami penurunan, baik itu BBM non subsidi maupun BBM subsidi. PT Pertamina (Persero) menyatakan tidak ada penurunan harga BBM bersubsidi seperti Premium (RON 88) dan Solar (Cetane atau CN 48). Alasannya, sejak tahun 2016 lalu harga BBM bersubsidi dan penugasan telah turun meski di tengah harga minyak mentah dunia tengah tinggi atau naik sekali pun.

“Masyarakat dapat memastikan, BBM subsidi dan penugasan (Premium dan Solar) dalam beberapa tahun tidak mengalami kenaikan, baik dalam kondisi minyak dunia tengah naik atau turun,” papar Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, saat konferensi pers melalui aplikasi digital, di Jakarta, Minggu (3/5/2020).

Baca juga: Pertamina Berikan Diskon BBM Untuk Ojol

Sedangkan harga BBM Pertamina jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex, lanjut Fajriyah, telah beberapa kali turun. Bahkan tercatat, lanjut dia, pada tahun 2019 banderol BBM jenis-jenis itu sudah turun dua kali.

isi bensin di spbu rentan virus corona
SIAGA COVID-19, INI CARA PERTAMINA CEGAH SEBARAN VIRUS DI SPBU
Harga Pertamax Bisa Rp 4.500

Pertamina boleh beralasan bahwa harga BBM non subsidi sudah turun dua kali di 2019. Namun menurut Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman, harga BBM yang sekarang mengacu pada harga produk kilang minyak di Singapura (MOPS – Mean Oil Platts Singapore). Acuan ini sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No. 62K/MEM/2020 tertanggal 28 Februari 2020.

“Jadi kalau dasarnya Kepmen ESDM itu, maka perhitungan harga BBM tersebut dihitung bulanan. Jadi, harga per 1 Maret acuannya dihitung pada periode 24 Maret sampai 25 April, dengan dua parameter penentu harga dasar BBM, yaitu nilai rata rata MOPS atau Argus dan nilai tukar dolar Amerika Serikat, ditambah 10% untuk keuntungan badan usaha. Maka, seharusnya 1 Mei ini (tahun 2020) harga sudah turun,” ujar Yusri seperti dilansir oleh Motoris.

Yusri pun menambahkan jika harga rata-rata MOPS berada di level US$ 23 per barel pada periode sebulan ke belakang. Sehingga dengan formula yang ditetapkan oleh Menteri ESDM, semestinya mulai 1 Mei, harga BBM nasional itu sudah turun.

“Bahkan dengan formulasi perhitungan itu pula, maka harga BBM dengan RON 92 (setara dengan Pertamax) itu sudah turun menjadi Rp 4.540 per liter. Itu sudah menghitung rata-rata harga MOPS , nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan margin keuntungan badan usaha sebesar 10%,” jelasnya.

harga bbm di malaysia 2020

Harga BBM di Negara Lain

Harga BBM di Indonesia ini sekarang dianggap terlalu mahal jika dibandingkan dengan negara lain. Mengingat jika kualitas BBM di Indonesia juga yang lebih buruk dari negara-negara lain ini.

“Harga BBM di Indonesia itu terlalu mahal dengan kualitas yang lebih rendah dibanding dengan negara-negara lain. Bahkan, meskipun saat ini harga minyak dunia turun, tetapi harga BBM kita belum turun juga. Komponen yang tidak transparan dalam penyusunan struktur harga menjadi penyebab harga BBM sulit turun,” papar Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Ahmad Safrudin seperti dilansir dari Motoris beberapa waktu lalu.

Harusnya di tengah pandemi ini, demi kepentingan masyarakat saat ini harga minyak dunia yang terus turun itu dijadikan momen untuk meningkatkan kualitas BBM di Tanah Air. Sebab, BBM di Indonesia terbilang mahal dibanding BBM di negara-negara lain seperti Malaysia, Australia, bahkan dengan Amerika Serikat, tetapi kualitasnya jauh lebih rendah.

“Fakta menunjukkan Malaysia mampu memproduksi dan memasarkan bensin dengan kualitas yang setara Pertamax Turbo dengan harga di SPBU hanya Rp 5.495,85 per liter dan solar dengan kualitas yang lebih baik dari Perta-Dex dengan harga cuma Rp 4.965,80 liter,” jelas Safrudin.

Harga Pokok Produksi (HPP) BBM di negeri jiran tersebut untuk bensin hanya Rp 2.293,14 per liter dan solar Rp 3.161,09 per liter. “Kedua jenis BBM ini memenuhi syarat untuk digunakan kendaraan berstandar Euro 4.”

Di Indonesia, harga SPBU bensin RON 88 dengan kandungan Sulfur max 200 ppm atau Premium 88 dipatok Rp 6.450 per liter. Sedangkan solar CN 48 dengan kandungan Sulfur 2500 ppm dihargai Rp 5.100 per liter.

Menurut kalian gimana nih? Pantas enggak sih harga BBM kita segitu dengan kualitasnya jauh lebih jelek? Pertamina memang memberikan diskon 30% tapi dengan banyak persyaratan yang berbelit-belit dan terbatas 2.000 pelanggan setiap hari.

LEAVE A REPLY