Industri Otomotif Indonesia Bisa Pulih Akibat Pandemi, Tapi Lambat

0
suzuki indonesia
Suasana produksi Suzuki Ertiga di pabrik Cikarang

ROCKOMOTIF, Jakarta – Dampak pandemi Covid-19 membuat industri otomotif Indonesia terpuruk. Hal ini bisa dilihat dari data penjualan mobil dan motor di tahun 2020 yang mengalami penurunan hingga 40 persen, baik mobil maupun motor.

Berbagai usulan kepada pemerintah untuk menerbitkan insentif pada industri otomotif sudah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian dan juga Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sebagai asosiasi industri otomotif di Indonesia.

Paling baru adalah Kemenperin mengusulkan adanya pajak nol persen bagi penjualan mobil baru, tapi hal ini ditolak oleh Kementerian Keuangan. Tapi Kemenperin tidak menyerah dan mengusulkan insentif pajak kepada pemerintah.

Menurut Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier, hal ini dilakukan oleh Kemenperin karena industri otomotif tidak hanya soal penjualan mobil, tapi ada industri pendukungnya yang terkena efek domino dari pandemi.

mitsubishi eclipse cross giias

Baca juga: Dilanda Pandemi, Begini Kondisi Industri Otomotif Indonesia

“Industri otomotif ini memberi kontribusi 10% terhadap perekonomian nasional. Efek domino dari kegiatan produksi industri otomotif sangat besar bagi industri pendukungnya dan sektor lain,” papar Taufiek dalam diskusi virtual bertajuk ‘Upaya Pemerintah Bangkitkan Industri Otomotif dari Dampak Pandemi Covid-19’ yang digelar di Jakarta, Kamis (12/11/2020).

Untuk itu pihaknya tetap mengajukan insentif pajak kepada pemerintah, mengingat industri otomotif juga menyerap tenaga kerja secara langsung maupun tidak langsung sebanyak 1,5 juta orang. Tenaga kerja ini baik di pabrik milik merek kendaraan yang bersangkutan, industri pemasok dari tier satu hingga tiga, diler, bengkel, maupun bank dan perusahaan pembiayaan.

Saat ini insentif fiskal memang sudah diberikan kepada industri dengan wujud yang beragam. Namun, insentif bagi industri saja belumlah cukup untuk memacu geliat sektor otomotif nasional.

Sebab, kebutuhan stimulan bukan hanya di sisi supply atau pasokan (industri) tetapi juga demand. Permintaan (demand) dari konsumen hingga kini masih turun akibat daya beli.

wuling giias 2019

Baca juga: Pameran Teknologi Industri Otomotif Taiwan, Tawarkan Solusi Industri 4.0

Sehingga pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengatakan bahwa industri otomotif akan bisa bangkit tapi lambat. Ibaratnya tidak akan bisa langsung meningkat tajam apalagi kembali seperti tahun-tahun sebelum pandemi. Tapi perlahan, dan butuh waktu yang lama.

Esther Sri Astuti selaku Direktur Indef mengatakan bahwa insentif pajak 0% tidak akan serta merta efektif untuk memacu penjualan produk otomotif. Terutama ketika penguatan aspek sosial ekonomi masyarakat juga tidak berjalan efektif. Penjualan juga masih akan lemot jika kegiatan masyarakat di luar rumah masih terbatas. Sebab jika mobilitas masyarakat terbatas akibat pembatasan sosial, maka kebutuhan alat transportasi juga rendah.

“Aktifitas masyarakat akan meningkat jika pembatasan sosial berkurang, perlindungan sosial ada, dan daya beli naik. Oleh karena itu ini sangat perlu dukungan semua unsur government (pemerintah) dari semua lembaga (termasuk Kemenkeu),” ujar Esther dalam diskusi yang sama.

Pendapat serupa diungkap oleh Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara. Menurut dia, insentif perpajakan untuk konsumen itu merupakan katalitasator yang sangat dibutuhkan oleh industri otomotif di tengah keterpurukan saat ini.

PPnBM mobil baru

Baca juga: Pemerintah Siapkan Stimulus untuk Industri Otomotif

“Karena utilisasi pabrik saat ini sudah turun 54%, jadi kalau harus memangkas harga (diskon) industri akan semakin berat untuk menutup operational cost. Ini akan berat,” kata Kukuh di acara dan waktu yang sama.

Terlebih, faktor daya beli menjadi faktor yang cukup menentukan meski di saat vaksin melawan Covid-19 ditemukan sekali pun. Kukuh pun menyakini usulan relaksasi pajak 0% yang diusulkan oleh Kemenperin ke Kemenkeu belum ditolak, melainkan masih dikaji.

Sementara, di tahun ini, tanpa ada insentif fiskal seperti yang diusulkan Kemenperin, target penjualan 600.000 unit seperti yang dipatok Gaikindo kemungkinan berat bisa tercapai. Sebab, di akhir tahun orang akan fokus ke keperluan lain, seperti liburan, ketimbang membeli mobil.

LEAVE A REPLY