Ini yang Menjadi Penyebab Utama Kecelakaan Bus dan Truk di Indonesia

0
kecelakaan bus di Ciater, Subang
kecelakaan bus di Ciater, Subang (foto/Kompas.com)

ROCKOMOTIF, Jakarta – Selain mobil pribadi serta kendaraan roda dua yang menjadi penyumbang angka kecelakaan tinggi di Indonesia, mobil dengan dimensi besar seperti bus dan truk juga masuk dalam jenis kecelakaan ketiga terbesar yang sering terjadi di Indonesia.

Hal ini diungkapkan oleh Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan, bahwa yang menjadi faktor utama kecelakaan dari mobil berdimensi besar tersebut karena terdiri dari tiga faktor, yakni manusia, kendaraan dan jalan.

Ketiga faktor ini menurut Wildan, tidak bisa dipisahkan begitu saja. Sering kali, kecelakaan yang terjadi justru disebabkan oleh gabungan ketiga faktor tersebut.

“Kasus rem blong biasanya sering terjadi karena beberapa sebab, yaitu kondisi jalan menurut, kampas overheat karena pedal rem dipaksa bekerja maksimal, dan adanya malfungsi pada kendaraan,” jelas Ahmad Wildan, dalam webinar bersama Kementerian Perhubungan, yang digelar Selasa (20/4/2021).

Baca juga: Honda Ingatkan Fitur Honda Sensing Bukan untuk Mencegah Kecelakaan

Adapun salah satu yang bisa dilakukan oleh pengemudi bus atau truk saat kondisi jalan menurun adalah jangan terlalu memaksakan pengereman yang berlebihan. Tentu saja, untuk melakukan deselerasi bisa dengan cara menggunakan gigi rendah yang bisa membuat perputaran mesin menjadi berkurang dan roda pun juga akan melambat.

“Prosedur yang seharusnya dilakukan pengemudi bus dan truk untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada saat melewati jalan menurun dan berkelok yaitu dengan menggunakan gigi rendah. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi perputaran mesin, melambatkan putaran roda, dan meringkankan kerja dari rem pedal,” jelas Ahmad Wildan.

Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas tahun 2015 sampai dengan tahun 2020, terdapat 528.058 kasus kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 164.093 orang.

Kecelakaan lalu lintas juga menjadi penyebab kematian paling tinggi untuk kelompok usia 15-29 tahun, dan hal itu membawa kerugian besar bagi mereka yang sedang memasuki usia produktif.

LEAVE A REPLY