NGK Indonesia Belum Mau Melirik Wuling Motors

0
ngk indonesia

ROCKOMOTIF, Ciracas – Wuling memang sudah resmi bermukim di ranah idustri otomotif Tanah Air. Confero S pun didaulat menjadi produk perdana merek mobil asal Tongkok tersebut. Dilanjutkan dengan Cortez sebagai model selanjutnya, semuanya MPV hanya beda kelas saja.

Bukan tidak mungkin, Wuling bakal merilis lagi beberapa produk lain untuk pasar Indonesia. Mengingat masih ada segmen lain yang hendak disusupinya, dilihat besarnya minat masyarakat.

Bahkan, bukti keseriusan Wuling untuk membuka mata konsumen diwujudkan dengan mendirikan pabrik perakitan pertama di Greenland International Industrial Center, Cikarang, Jawa Barat. Tidak tanggung-tanggung, Wuling harus merogoh kocek dalam-dalam, yaitu Rp 9,2 trilyun (US$ 700 juta) dalam pembuatan pabrik ini.

Baca Juga: Wuling Kembali Acak-Acak Harga, MPV Cortez Dijual Seharga LMPV

Pada pabrik seluas 60 hektar yang merupakan hasil kolaborasi antara perusahaan otomotif milik pemerintah Tiongkok SAIC, raksasa otomotif Amerika Serikat General Motors (GM), dan, tentu saja, Wuling Motors.

Apakah seluruh rentetan histori singkat Wuling berlaku bagi NGK Busi Indonesia? Ternyata masih belum cukup. Nyatanya, AB Andra S, Aftermarket Sales Manager NGK Busi Indonesia, masih memandang sebelah mata untuk pemain otomotif asal Cina ini.

Masih Mempelajari Kinerja Wuling

Menurut Andra hingga kini pihaknya masih terus melakukan penjajakan dengan Wuling Motors. Meski begitu dia mengakui NGK Indonesia harus benar-benar mempelajari betul kinerja Wuling Motors di Indonesia.

“Dalam hal ini kami ingin melihat sampai sejauh mana durabiliti dari merek mobil asal Tingkok tersebut bertahan di Indonesia. Makanya hingga kini kita masih dalam proses penjajakan untuk membuat produk busi khusus Confero. Atau yang paling terbaru Cortez,” ujar Andra, disela-sela temu media di Jakarta, Sabtu (10/2).

Sejatinya, Wuling bukan merek Tiongkok pertama yang mencoba untuk meramaikan pasar otomotif Tanah Air. Sebelumnya sudah ada Geely dan Cherry, yang akhirnya harus mengibarkan bendera putih tanda menyerah untuk bersaing dengan pemain lawas lainnya di Indonesia.

Begitu pun dengan roda dua. Mau tidak mau asumsi negatif masyarakat Indonesia langsung terbangun dengan sendirinya, soal mampu bertahannya ditengah sengitnya persaingan industri tersebut.

Lebel negatif lain yang muncul yaitu buruknya kualitas kendaraan produk Tiongkok menjadi salah satu penyebabnya. Lagipula, toh NGK Indonesia sudah disibukkan dengan tingginya permintaan dari agen pemegang merek (APM), OES, serta aftermarket.

“Memang menjadi pekerjaan rumah terbesar dari Wuling untuk memupus habis asumsi miring tersebut. Dan kami pun masih beranggapan demikian. Berkaca dari merek-merek serupa yang masuk Indonesia, dengan ‘umur’ yang tidak lama,” kata Andra.

Target Naik 20%

NGK Busi Indonesia memang patut tersenyum lebar dengan pencapaiannya di sepanjang 2017. Sebanyak 65 juta unit busi dari berbagai tipe untuk roda empat dan roda dua berhasil diniagakannya.

Dari jumlah itu, pangsa pasar NGK untuk roda empat naik signifikan dari 30% pada 2016 menjadi 45% pada tahun lalu. Begitu juga dengan produk busi tipe iridium dan platinum yang juga mengalami lonjakan. Dari kisaran 5-10% di tahun 2016 menjadi 13-15% pada 2017 lalu.

“Itu dari sisi aftermarket-nya saja loh produk iridium dan platinum tercapai dari 65 juta unit itu,” ungkap Hisato Kato, President Director PT NGK Busi Indonesia, di tempat yang sama.

Atas dasar inilah Hisato-san berani mencanangkan target peningkatan 20% dari pencapaian tahun lalu mampu terengkuh pada tahun ini.

LEAVE A REPLY