ROCKOMOTIF, Cikarang – Ertiga memang dapat dikatakan sebagai tulang punggung utama PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), sejak diluncurkan pertama kali di Tanah Air pada 2012 silam. Mengisi segmen low MPV, Ertiga harus bertatap muka dengan pemain lawas dan baru yang terus berdatangan.
Meski persaingan makin memanas dengan kedatangan Mitsubishi Xpander dan Wuling Confero, keberuntungan masih menghinggapi Ertiga. Di mana pada Januari lalu berhasil menorehkan angka penjualan ke diler (wholesales) sebanyak 3.223 unit, berdasarkan data yang dirilis Gaikindo.
Pertanyaan besarnya, mengapa PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) begitu mengistimewakan ‘kembaran’ Mazda VX-1 tersebut? Sebagai jawabannya, beberapa jurnalis diajak untuk menengok secara langsung proses perakitan Ertiga di pabrik PT SIM di Greenland International Industrial Center (GIIC), Cikarang, Jawa Barat, Senin (19/2).
Baca Juga: Suzuki Ignis Sudah Capai 14 Ribu Unit, Kapan Diproduksi Lokal?
Menurut R. Uchiki, GM Strategic Palanning Dept. PT SIM, kunjungan ini merupakan langkah pihaknya untuk menunjukkan bahwa Suzuki sangat menjaga kualitas produknya lewat proses produksi yang ketat.
“Pabrik Cikarang didirikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan mancanegara. Kami telah melakukan investasi besar terhadap Indonesia,” ujar Uchiki di tempat yang sama.
90 Persen Robotik
Di pabrik yang telah diresmikan pada Mei 2015 silam ini menelan biaya investasi hingga US$ 1 milyar. Aktivitas yang dilakukan di sana yaitu memproduksi unit, mesin, transmisi, dan komponen lainnya.
Paling utama adalah merakit secara utuh New Ertiga di atas lahan seluas 130,7 hektar tersebut.
Selain itu, Pabrik Cikarang juga ‘menelorkan’ mesin tipe K10B dan K14B, serta transmisi (MF60 dan MF70).
Keduanya dialokasikan selain untuk pasar domestik juga untuk ekspor ke beberapa negara. Adapun tujuan negara ekspor untuk transmisi yaitu ke Thailand, Pakistan, Malaysia dan India.
Assistant to Dept Head Body Assembly, Yudonendito mengatakan pabrik ini telah dilengkapi dengan mesin dan robot berteknologi tinggi, serta modern. Dukungan teknologi terkini, lanjut Yudo, menjadi keunggulan dari Pabrik Cikarang. Sehingga dapat melakukan proses kerja lebih presisi, efektif dan efisien.
“Total 217 robot diberdayakan pada proses pengelasan (welding). Keunggulan lainnya adalah pabrik ini juga memiliki fasilitas forging dan seat yang dilakukan secara in-house,” tambah Yudo.
Secara rinci, Pabrik Cikarang terbagi dalam dua bangunan dengan dua proses produksi. Yakni produksi powertrain (mesin – transmisi) dan produksi perakitan. Dalam skala kapasitas produksi maksimumnya, perakitan sebanyak 120 ribu unit per tahun, mesin 71 ribu unit per tahun dan transmisi 176 ribu unit per tahun.
Sementara untuk saat ini, kapasitas produksi yang baru terealisasi adalah sebanyak 48 ribu unit per tahun. Dengan angka tersebut, PT SIM telah mengekspor New Ertiga secara utuh (CBU) ke 25 negara, unit terurai dan komponen ke 4 negara. Sepanjang tahun 2017, ekspor New Ertiga tercatat mencapai 12.196 unit.
Kenapa Masih Impor?
Dengan segala kecanggihan pabrik SIM ini, tapi kenapa sekarang ini produk-produk baru Suzuki mayoritas diimpor utuh dari India semua? Ini balik lagi ke persoalan matematika dan hukum skala ekonomi sebenarnya.
Di mana kalau permintaan tidak mencukupi untuk melakukan produksi di dalam negeri, dan untuk impor harganya masih bisa kompetitif, ya kenapa tidak. Prinsip inilah yang digunakan oleh Suzuki.
Terhitung sejak datangnya Ertiga Diesel yang kemudian diikuti oleh SX4 S-Cross, Ignis, dan yang terakhir adalah Baleno Hatchback. Kemunginan nanti masih akan bertambah lagi kalau Swift atau Vitara Brezza jadi masuk ke Indonesia.
Sayang, absennya para pejabat dari Suzuki Indomobil Sales di acara kunjungan pabrik ini membuat pertanyaan ini tidak terjawab. Yang jelas pabrik ini nanti yang akan memproduksi MPV Ertiga baru. Peluncurannya sampai saat ini masih dirahasiakan. Sabar ya!