ROCKOMOTIF, – Kawasan Eropa mengalami krisis polusi udara terparah dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Emisi CO2 yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor terus memuncak setiap tahunnya dalam kurun waktu tersebut.
Penurunan kualitas udara di beberapa negara seperti di Jerman, Inggris, Prancis, dan Spanyol, merupakan yang terparah. Ini disebabkan lonjakan penjualan kendaraan bermotor bermesin bensin. Disinyalir dampak terbesar karena tingginya penjualan segmen SUV di sana.
Bahkan berdasarkan data yang dilansir JATO Dynamic menunjukkan bahwa tahun lalu, untuk pertama kalinya dalam satu dekade tersebut, emisi CO2 di Eropa meningkat 0,3 gram/km.
Atas dasar inilah akhirnya perusahaan analisis pasar ini memunculkan daftar 20 pabrikan mobil dari yang paling bersih hingga yang terburuk dalam menghasilkan emisi CO2 di kawasan tersebut.
Baca Juga: Toyota Minta Maaf Karena Terlalu Lama Menghadirkan Supra Baru
Toyota menduduki peringkat teratas sebagai pabrikan mobil ‘terbersih’ untuk urusan emisi CO2. Di mana sepanjang tahun lalu emisi yang dihasilkan dari kendaraannya rata-rata mencapai 101,2 gram/km.
Berkat Mobil Hybrid
Kesuksesan pabrikan mobil asal Jepang ini didorong oleh kenaikan penjualan model hibridanya, yang mana pada 2017 menyumbangkan setengah dari pabrikan mobil yang masuk dalam daftar JATO Dynamic.
Dengan rata-rata emisi sebesar itu berarti model-model Toyota memiliki jarak tempuh terbaik per galonnya di antara mobil-mobil yang dipasarkan di Eropa. Itu setara dengan 3,8 liter/100 km atau satu liternya dapat menempuh jarak hingga 26,3 km/liter.
Tempat kedua ditempati oleh oleh Peugeot dengan emisi rata-rata 104,5 gram/km. Sedangkan urutan ketiga diisi merek dari grup PSA lainnya yakni Citroen, dengan hasil 105,5 gram/km. Lima posisi teratas dituntaskan secara berturut-turut Renault (106,6 g/km) dan Suzuki dengan rata-rata 114,9 g/km.
Sementara untuk pengisi lima posisi buncit dihuni oleh Opel/Vauxhall, Audi, Volvo, Mercedes-Benz dan Mazda dengan rata-rata emisi CO2 yang dihasilkan mencapai 131,2 g/km. Posisi Mazda tidak berubah dari tahun sebelumnya, bahkan emisi CO2 yang dihasilkan produk-produknya justru semakin parah tahun lalu (127,7 g/km ; 2016).
Metodologi JATO menghitung emisi CO2 dengan mengalikan rating setiap setiap model dari unit yang terjual selama periode tertentu. Yakni sepanjang tahun 2017. Hasilnya ditambah dengan mobil dari merek lain lalu dibagi dengan total volume semua versi.