ROCKOMOTIF, Jakarta – Wuling Motors memang bukanlah pemain baru asal China yang menjajaki pasar otomotif di Indonesia. Tengok saja beberapa tahun kebelakang, disana ada beberapa pemain lain yang lebih dahulu memulai kiprahnya. Seperti Geely dan Cherry, serta Foton, di bawah ‘kendali penuh’ Indomobil Group.
Apakah ketiganya mampu merengkuh kesuksesan dan ‘langgeng’ ditengah sengitnya persaingan? Dapat dikatakan Indomobil Group gagal total merilis produk Geely dan Chery ke tengah masyarakat. Meski dibayang-bayangi raksasa distributor otomotif Tanah Air, tetap saja kedua merek tersebut masih dipandang sebelah mata.
Minimnya layanan purna jual dan segudang persoalan lainnya, diyakini menjadi cikal bakal keduanya kurang diminati. Walau di tahun-tahun perdananya cukup bagus terserap konsumen. Hanya menyisakan Foton dibawah PT Indobuana Autoraya, sebagai agen pemegang mereknya di Indonesia, yang masih bertahan karena berbeda segmen.
Foton lebih fokus untuk bermain aman dengan meniagakan kendaraan-kendaraan komersial di kelas light truck dan pikap. Lalu, bagaimana dengan sepak terjang Foton di segmen itu? Jarang diberitakan oleh media manapun terkait kinerjanya selama ini.
Baca Juga: NGK Indonesia Belum Mau Melirik Wuling Motors
Nah Wuling Motors hadir di pasar otomotif Indonesia cukup berhasil mematahkan predikat ‘sebelah mata’ untuk merek mobil asal Tiongkok. Belum lagi pemain lainnya yaitu PT Sokonindo Automobile, yang memasarkan merek Sokon di Indonesia.
Dari perbandingan nilai investasi keduanya memang sangat jauh. Wuling Motors menanamkan Rp 9,4 triliun ke dalam pabrik berkapasitas 120 ribu unit per tahun tersebut. Sementara Sokonindo ‘hanya’ menginvestasikan Rp 2 triliun pada pabriknya di Cikande, Tangerang.
Kedua merek Cina terbaru ini memang cukup ‘jor-joran’ menginvestasikan ‘nyalinya’ untuk merambah industri otomotif Indonesia. Berbekal apesnya pengalaman para pemain terdahulu, menjadikan mereka (Wuling-Sokon) untuk tidak mengulangi persoalan serupa bagi keduanya.
Nilai Jual Yang Rontok
Depresiasi nilai jual mobil-mobil keluaran Cina memang diprediksi berbagai kalangan bakal jatuh sejadi-jadinya di Indonesia. Divisi penelitian dan pengembangan (Litbang) Carmudi.co.id pun coba menganalisanya.
Menurut Managing Director Carmudi.co.id, Stefano Kirihettige Perera, fenomena masuknya pemain baru dari Cina di industri otomotif nasional menjadi sesuatu yang menarik bagi pihaknya.
“Bagaimana strategi mereka dan hal yang terkait dengan tren otomotif di Indonesia, patut mendapatkan perhatian bagi kalangan online classified seperti kami,” jelas Stefano, dalam keterangan tertulisnya.
Bahkan, berdasarkan data jumlah listing (mobil bekas yang akan dijual) di situs Carmudi.co.id, tercatat hanya sedikit konsumen yang menawarkan mobil bekas merek China untuk dijual.
Hanya ada Chery, Geely, dan Wuling. Populasinya pun tidak begitu besar. Berdasarkan Litbang Carmudi, Geely MK2 diyakini mengalami penurunan nilai jual paling signifikan.
Baca Juga: Xpander Selangkah Lagi Salip Avanza, Wuling di Paling Dasar
Hitungan nilai depresiasi yang dilakukan, ditemukan bahwa mobil tersebut mengalami depresiasi sebesar 71,1%. Hal itu dilihat dari harga jual saat mobil itu dalam kondisi baru. Dimana dahulu di tahun 2012 Geely MK2 dijual seharga Rp 135 juta.
Kini di pasaran mobil bekas, hatchcback berkapasitas mesin 1,5-liter tersebut hanya Rp 39 juta saja. Sedangkan di posisi kedua mobil Cina yang nilai depresiasinya terburuk adalah Chery QQ varian GX keluaran tahun 2006. Untuk mobil kompak itu, nilai depresiasinya mencapai 60,6%. Lalu ada juga Geely Panda keluaran tahun 2011 yang nilai jual kembalinya mencapai 31,5%.
“Kalau kaya Geely dan lainnya kita pernah (jual) tapi memang juga purna jualnya parah. Mobil Malaysia (Proton) juga parah harganya, Korea juga. Mobil-mobil Jepang lah yang masih bagus,” ujar Ketua Ikatan Pedagang Mobil Bekas Jakarta (IPMJ), Ahmad Fadillah.
Berapa Nilai Depresiasi Wuling?
Penilaian berbeda justru datang untuk Wuling. Litbang Carmudi baru menemukan data untuk depresiasi mobil bekasnya untuk model Confero S. Berdasarkan penelitian masih rendah, yaitu sebesar 0,5%.
Ahmad mengakui produk-produk Wuling masih dipandang baik oleh konsumen. Pertimbangan lainnya meliputi harganya juga terjangkau, murah, mungkin melihat dari beberapa gebrakannya lalu begitu mulai keluar, pabrik langsung berdiri, dan showroom-showroom banyak.
Baca Juga: Wuling Kembali Acak-Acak Harga, MPV Cortez Dijual Seharga LMPV
“Di situ mungkin masyarakat menilai ini bisa jadi jangka panjangnya. Bisa bagus, istilahnya perusahaan yang langsung besar itu kan berkualitas. Mobil China yang selama ini keluar seperti Geely dan lainnya itu kan enggak langsung besar seperti Wuling,” tutup Ahmad.
Angka tersebut memang belum valid, karena usia Confero S di Indonesia belum ada setahun. Jadi, apakah Wuling bernasib sama dengan para merek pendahulunya?
Semua itu kembali pada pembuktian kualitas mobil dan purnajual yang berbicara di masa depan.