ROCKOMOTIF, Jakarta – Era digitalisasi sekarang ini sudah tidak bisa dilawan oleh siapapun. Termasuk juga produsen aftermarket seperti Prime Suspension ini. Produsen stabilizer suspensi mobil Prime kini mulai merambah dunia digital untuk lebih aktif memasarkan produk-produknya.
Prime yang memulai bisnisnya sejak 2015, terus mengembangkan lini bisnisnya. Produsen aksesori untuk kendaraan roda empat ini mencoba untuk lebih mendekatkan diri dengan calon konsumennya melalui sosial media.
“Kalau pada tahun-tahun lalu kami berjualan secara tradisional, tahun 2019 ini kami mulai memperkuat marketing yakni melalui Instagram, YouTube dan Facebook,” ujar Henry Yogiaman, Operational Director Prime, di Kemayoran, Jakarta Pusat (17/1/2019).
Baca juga: Sama Seperti Avanza, Daihatsu Xenia Terbaru Juga Tidak Naik Harga
Menurut Henry saat masih banyak orang yang belum paham akan fungsi dan manfaat dari Prime Suspension Active Stabilizator. Benda yang terbuat dari bahan karet tersebut dikatakan mampu meredam gejala limbung pada kendaraan khususnya mobil.
Kebanyakan orang masih melihat harga Prime Suspension yang relatif lebih mahal dari produk lain yang sejenis.
“Memang harga produk kita mencapai Rp 3,2 juta untuk mobil. Dan harga ini paling mahal, tapi juga kami jamin kualitasnya yang terbaik. Mungkin ada produk lain yang lebih murah, tapi jangan samakan kualitasnya dengan Prime,” tambah Henry.
Prime membanderol produknya Rp 1,8 juta untuk 2 buah karet peredam. Namun jika konsumen ingin memasangnya di semua sokbreker atau 4 buah karet peredam dijual dengan banderol Rp 3,2 juta.
Baca juga: First Class Luncurkan Karpet Mobil Versi Ramah Di Kantong
Produk Prime sendiri merupakan produk asli Indonesia dan menggunakan bahan-bahan buatan Tanah Air. Keunggulan utamanya adalah mampu mereduksi getaran saat kendaraan melewati jalan bergelombang. Selain itu, Prime juga dapat mengurangi hidung kendaraan menukik (nose dive) pada saat pengereman.
“Kami akan terus melakukan pengembangan dari sisi teknologi. Kami juga memperluas jangkauan kami kepada lebih banyak masyarakat Indonesia untuk memfasilitasi kebutuhan khalayak,” jelas Henry lagi.